Prepared by Client:
Cynthia Febrina (@cyncynthiaaa)
‘Lo masih mau nyari sesuatu ?’ Tanya Saras membuyarkan lamunanku yang sejak tadi terbayang akan sesuatu. Ya, memori itu lagi, sepuluh tahun silam. Entahlah, memori itu selalu datang disini, beresonansi di tempat yang serupa.
‘Eh, enggak Ras, kayaknya belanjaan gue udah cukup banyak.’ Aku berusaha menjawab sekalem mungkin. Betul sekali, aku adalah Tita, si jago berekspresi. Pikiranku tengah berkecamuk oleh banyak hal tapi kurasa memperlihatkan itu pada Saras bukanlah hal yang tepat.
‘Lo lagi kenapa sih, Ta ? Akhir-akhir ini lo agak pendiem deh kalo gue perhatiin.’ Sepintar apapun aku menyembunyikan perasaan, Saras lebih pintar dalam menerka keadaan. Yeah, wanita memang peka.
‘Enggak kok Ras, semuanya baik-baik aja. Take it easy.’ Aku mencoba membuat raut muka sumringah dan sepertinya Saras cukup percaya.
‘Okee, kalo gitu kita langsung balik aja ya? Gue juga udah pegel-pegel nih. Lumayan juga belanja belinji kita hari ini, ngabisin duit ternyata asyik ya.’ Saras meletakkan sepasang sepatu converse yang hampir dua jam lebih membuat kami bolak-balik ke toko ini. Membuatku tenggelam pada memori itu lagi. Continue reading