Tags
Prepared by: MH
Reviewed by: GP
Nothing Last Forever.
Baru dua minggu yang lalu aku dan dia yang kusebut sebagai kekasih itu, masih bersama memadu kasih dengan bahagia. Setidaknya, aku bahagia. Dan aku pun mengira, dia juga merasakan hal yang sama.
Aku salah. Ah, aku tak tahu salahku dimana. Tiba-tiba saja hubungan kami terasa aneh. Pertengkaran tak bisa dihindari dan kata ‘putus’ terucap dari bibirnya.
Orang bilang, mencintai dengan tulus itu adalah dengan merelakan. Karenanya aku tak menentang kemauannya dan permintaan putus itu aku iyakan, dengan satu keyakinan jika kami berjodoh pasti ia akan kembali padaku.
Ada yang aneh di hari pertama menyandung status jomblo, mengingat keseharianku yang selalu bersamanya. Keinginanku untuk mengetahui kabarnya membuncah, namun akal sehat melarangku untuk menghubunginya. Dia sudah bukan lagi pacarku, logikaku terus mengingatkanku akan hal itu.
Meski begitu, hatiku tetap memegang teguh bahwa dia akan menghubungiku.
Dia pasti kangen.
Dia pasti akan minta balikan.
Benar saja, sebuah pesan kuterima darinya di malam kelima setelah perpisahan kami.
Satu kata panggilannya kepadaku yang cukup membuat jantungku berdegup kencang.
Benarkan apa kubilang, ia tak tahan juga berdiaman denganku lebih dari tiga hari, aku tersenyum dalam hati.
Aku langsung balas pesannya dengan sedikit jual mahal, “Ya, ada apa?”. Ah, tak mengapakan karena aku seolah di atas angin.
Aku merasa gugup menunggu kata-kata yang akan muncul di layar ponselku.
My ex lover is typing…
“Kita kan sempat beli tiket liburan berdua sebulan yang lalu, cancel aja ya. Bisa kamu transfer uang untuk bayar tagihan kartu kreditku secepatnya?”
F**k this! Bagaimana aku bisa lupa aku masih punya hutang padanya?
Ternyata setelah putus, lantas hubungan dua orang kekasih tidak serta merta berakhir. Ada banyak perkara setelahnya yang harus diselesaikan terlebih dulu.
P.s. Kalau masih pacaran, jangan beli tiket liburan berdua jauh-jauh hari. Kita enggak pernah tau masa depan bukan? :)